SELAMAT DATANG DI BLOG SPECIAL, ANDA PENGUNJUNG KE:

22 April 2009

DUH NAKALNYA

Di hotel tempatku tinggal ada juga yang tinggal bersama keluarga. Aku sendiri tidak tahu apakah semua yang tinggal bersama keluarga benar-benar terikat dengan tali perkawinan atau keluarga karena adanya hubungan biologis yang menghasilkan keturunan tanpa tali pernikahan. Untuk beberapa keluarga yang tinggal disini aku yakin memang mereka adalah suami istri dan anaknya yang sah. Sebagai contoh yang pernah tinggal cukup lama disini seorang manager di perusahaan penerbangan dengan istri mantan pramugari, dan bersama dua orang anaknya, anaknya yang kedua lahir di Yogya dimana sampai usia kandungan 7 bulan keluarga tersebut tetap tinggal di hotel ini.

Ada lagi satu keluarga yang tinggal cukup lama di hotel ini. Tapi aku tidak tahu apakah mereka suami istri yang sah, atau hidup sebagai samen laven alias kumpul kebo yang tinggal bersama seorang anak lelaki yang baru berusia sekitar 4 tahun. Bapaknya sebut saja Kim, seorang warga Korea yang mencari nafkahnya di Yogyakarta, sedangkan “istrinya” sebut saja Ngatinem, asli orang Indonesia. Pasangan keluarga ini tinggal denga putranya sebut saja Yong, yang lahir di Korea. Sekilas pandang keluarga ini hidup rukun, kedua orang tuanya kelihatan selalu dalam suasana kebersamaan beserta putranya. Yong cenderung dimanjakan, sehingga apa-apa yang dilakukan sangat jarang dilarang oleh orang tuanya. Aku sendiri mengira anak tersebut terkena Autis karena nakal sekali. Yang agak membuat susah, si Yong yang tinggal di Korea namun menggunakan Bahasa Ibu bahasa Indonesia. Repotnya entah karena bercampur dengan logat korea atau entah karena apa, Yong kalau berbicara sangat susah dicerna. Ditelingaku kalau dia berbicara kedengarannya pating plekutuk persis kaya suara air yang sedang mendidih. Yong juga sangat susah untuk diomongin. Terkadang tiba-tiba saja dia masuk kamar siapapun yang tidak dikenal dan mengacak-acak barang.

Pernah entah karena sebab apa, kawanku Pak De dibuat begitu jengkel, sehingga di “slentik” telinganya oleh Pak De. Aku sendiri juga pernah dibuat jengkel. Yong senang sekali berenang, terkadang ditemani kedua orang tuanya, terkadang berenang sendiri dan ditungguin di tempat duduk di tepian kolam renang. Pernah saat aku berenang, tak lama kemudian Yong ikut berenang, sementara ibunya duduk di kursi tepi kolam renang. Tiba-tiba saja Yong mengejarku dan menciprat-cipratkan air kemukaku sehingga mengganggu napas dan mataku. Ibunya sudah melarang, namun tetap saja Yong membandel. Agak pusing juga aku dibuatnya, ini bukan lagi sekedar canda tapi anak ini cenderung gak diajari sopan santun. Untung aku punya sedikit kelebihan yang jarang dimiliki orang lain. Saat di air, aku bisa mengapung dengan terlentang tanpa gerakan sedikitpun, dan bahkan aku pernah sempat mau tertidur di air. Kuputar otak, anak ini harus tak kasih sedikit pelajaran biar jangan seenaknya ganggu orang, setelah ibunya dan aku ngomongin jangan nakal gitu sama sekali gak digubris, sengaja aku berenang ditengah yang dalam dan aku langsung mengapungkan diri. Yong pun terus menghampiriku sambil berusaha menciprat-cipratkan air kemukaku. Akhirnya dia kelelahan dan sempat terminum air kolam. Nah pelajaran yang kuberikan berhasil, Yong tidak berani lagi berbuat nakal padaku.

Tidak ada komentar: