SELAMAT DATANG DI BLOG SPECIAL, ANDA PENGUNJUNG KE:

29 Juli 2009

KISAH MR BON 5 (MIKIR MATI)

Kehidupan di dunia ini merupakan salah satu siklus yang dialami bagi setiap makhluk Alloh yang telah ditentukan masanya oleh-Nya. Tak terkecuali manusia yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, Alloh telah menentukan umurnya sejak Zaman Azali, jauh sebelum kita diciptakan. Jika sudah sampai saatnya, sedikitpun kita tidak akan bisa menolak ataupun menundanya, dimanapun tempatnya dan kapanpun waktunya. Maka tidak jarang orang yang masih muda belia, bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun yang sudah kakek-nenek dengan tiba-tiba meninggal dunia mendahului orang-orang tercinta disekitarnya. Cukup banyak ayat-ayat Al Qur’an yang tentang kematian, salah satunya dalam QS Al Ankabut 29 yang artinya; “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. “ Dari ayat tersebut telah di tegaskan, setiap yang berjiwa akan merasakan mati, baik itu golongan manusia, hewan, bakteri, jin, malaikat dan seluruh makhluk ciptaan-Nya, hanya Dialah sang Khalik yang hidup kekal selama-lamanya.

Rosulpun telah mengajarkan kepada segenap ummatnya untuk selalu mengingat akan mati, sebab dengan mengingat mati kita akan menyadari bahwa kehidupan di dunia ini tidak lebih dari seperti seorang musafir yang sedang mampir minum. Hanya sebentar saja, rerata 60 tahunan, sementara kita berada dalam alam kubur mungkin bisa ribuan tahun dan di akherat kelak akan kekal selama-lamanya. Untuk itulah kita perlu membekali diri untuk menyongsong kehidupan nan abadi, kehidupan haqiqi yang ada pangkal tak ada ujung dimana disitu seseorang akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah terbayangkan dan belum pernah ada di dunia atau mendapatkan siksa yang Maha Keras jika masuk ke neraka. Na’udzubillah.

Alkisah sore itu, temanku Pak De ketemu MR BON yang dilihat paginya habis menggandeng perempuan tua. Setelah bla...bla.... ngobrol dengannya, Pak De akhirnya pada pembicaraan selanjutnya memberikan “petuah” pada MR BON, “Wong ya sudah tua MBOK YA MIKIR BAKAL MATI.” Hem..... dengan begitu ringannya ternyata MR BON memberikan jawaban yang tak diduga-duga “ Oalah Pak De, MATI KOK DIPIKIR.” Ya kalau MR BON termasuk orang Atheis atau orang Kafir yang tidak mempercayai akan adanya kehidupan akherat, tidak mempercayai akan adanya hari kebangkitan, dimana hanya dengan tiupan Sang Sakala kita bakal dibangkitkan untuk menjalani pengadilan akherat yang Maha Adil, wajar saja kalau dia berucap seperti itu. Tapi sejujurnya saya juga tidak tahu agama apa yang MR BON anut, karena semua aktifitasnya hanya terbatas urusan duniawi saja. Tidak pernah aku melihat akan aktifitas dia mempersiapkan diri untuk menyongsong kehidupan yang berhubungan dengan kehidupan pasca kematian.

22 Juli 2009

KISAH MR BON 4 (RINDU KAMPUNG HALAMAN)

Sebagai prajurit di salah satu Bank Plat Merah, aku harus selalu siap untuk ditempatkan di setiap bagian dan dimanapun di unit kerja Bank berada. Ya inilah yang namanya mencari sesuap nasi dan segenggam berlian. Konsekwensinya bila membawa keluarga persis kayak kucing yang baru beranak, pindah sana pindah sini sambil menggigit anak2nya (nggak bisa digendong kayak Mbah Surip). Dampak lain yang tidak aku ingini, anak-anak jadi kehilangan kampung halaman, masa kecil yang biasanya akan diingat sepanjang masa, hilang, enggak tahu lagi siapa yang menjadi teman2nya saat itu. Atas dasar pertimbangan tersebut menjadikan salah satu alasan aku untuk berpisah sementara dalam menjalankan tugas, sementara istri dan anak-anakku tetap di lain kota.

Kisah kerinduan kampung halaman juga terjadi pada MR BON. Sebagai Orang Jawa tulen yang terlahir di Suriname dan sekarang tinggal di Belanda, saat ke Indonesia kerinduan melihat kampung halaman tempat para leluhurnya dulu muncul. Kebetulan MR BON punya leluhur dari daerah yang sama denganku, yakni daerah Purworejo, Jawa Tengah. Alkisah, hari itu MR BON minta diantarkan oleh PAK DE, kawanku kos, untuk ke Purworejo. Setelah ditanya Purworejonya dimana, MR BON tidak bisa menunjukkan lokasi tepatnya. Pokoknya Purworejo ! Mungkin dalam benaknya Purworejo itu sebuah kampung kecil, yang orang2nya sekampung kenal semua. Aku sendiri pernah mengalami kisah yang menggelikan. Dulu sewaktu aku berkunjung ke saudaraku di Purworejo, tapi bukan dikotanya, sekitar 20 km dari Kota Purworejo, pernah aku ditanya, “ Mas Khudori di Lampung kenal sama Parmin ?” Aku langsung menimpali; “Lho Mas, Lampung itu Propinsi lho bukan Ndeso, lha kalau sebelumnya tidak pernah ketemu saya ya ndak kenal tho ? Hem.... kalau Parmin tu seorang artis, tokoh, atau malah teroris bisa saja dia gak kenal aku tapi mungkin aku tahu dari media meski belum pernah ketemu, pikirku.

Atas kebaikan hati Pak De, akhirnya MR BON diantarkan ke Purworejo. Dengan mengendarai sebuah Jeep, setelah menempuh perjalanan 60 km dari Yogya, sampailah mereka berdua di Purworejo. Tanpa pikir panjang, MR BON oleh Pak De dibawa ke Alun-Alun Purworejo dan disampaikan ke MR BON; “Nah ini Purworejo !” Dasar Pak De, ngerjain orang tua saja, akhirnya MR BON hanya terbengong-bengong, enggak tahu mau kemana. Kali MR BON juga berpikir nggak mungkin lah orang tuaku dulu dilahirkan ditengah alun-alun ! Ya meski sudah tidak tahu lagi dimana para leluhurnya dulu berasal dan dikuburkan, sekedar untuk mengetahui dari daerah mana leluhurnya berada, cukuplah sampai di Alun-Alun Purworejo yang bisa dijadikan cerita untuk teman-temannya dan keluarganya di Negerinya.


19 Juli 2009

KISAH MR BON 3 (INGAT TUHAN)

Pernah dalam rangka tugas plus-plus-nya MR BON tinggal dikamar 108, tepatnya disamping kamarku yakni 107. Aku pada awalnya merasa risih juga begitu tau dia mengambil kamar disampingku. Sempat aku ngomel sama receptionis kenapa harus ditempatkan di kamar sebelahku ? Jawaban klasik pun muncul, karena atas permintaan dia dan kebetulan kamar tersebut pas kosong. Ya, karena lokasi yang paling strategis dan paling nyaman, tiga kamar dilantai 1 yang langsung menghadap kolam renang termasuk kamarku adalah kamar2 yang sangat dikehendaki para tamu. Namun sebagian besar tamu yang berlangganan dan keluar masuk hotel telah tahu kalau ketiga kamar tersebut dihuni cukup lama oleh orang2 yang ngekos cukup lama, termasuk diriku yang telah mendekati 3 tahun. Untuk kedatangan yang akan datangpun MR BON maunya tinggal di kamar 108 lagi, namun karena sudah terisi sama pasangan KALBU alias Lokal dan Bule yang sudah cukup lama, hanya tersedia kamar-kamar yang lainnya. Namun tetap saja aku bertetangga dengan kerbo-kerbo dikiri kanan (maaf Blogger, kalau mereka yang pada melakukan kumpul kebo, rasanya juga pantes khan kalau penghuninya aku panggil kerbo ?).

Benar juga, selama MR BON tinggal di kamar 108, suasana sekitar kamar menjadi cukup gaduh. Tamu-tamunya setiap hari selalu berdatangan, dan cilakanya karena didepan kamarku persis ditepi kolam renang terletak meja dan kursi taman, disitu menjadi tempat mangkal para wanita penjaja cinta yang suka menemani MR BON. Ya tinggal mau yang mana, MR BON langsung tunjuk. Tawa ria dan canda diantara wanita penjaja cinta seringkali aku dengar dari dalam kamar. Blogger, jangan buru-buru mengatakan “Wah enak dong bisa cuci mata ?,” bagiku rasanya mata malah tambah sakit. Ya kalau yang dilihat orangnya kayak Luna Maya, pasti Bloggerpun sangat ingin untuk sering-sering bermain ke tempat kosku. Lha...ini, seperti yang aku ceritakan sebelumnya, wanita-wanita tersebut yang barangkali sudah lebih pantas kita panggil SIMBOK, so pasti Blogger-pun bisa ngebayangin seperti apa penampilan mereka. Blass.... gaka ada kata menariknya sama sekali kok. Aku sendiri jadi sangat heran, kenapa ya kok MR BON milihnya orang2 seperti itu, bukannya cari yang muda, cantik, dan pasti itu bisa tinggal hubungi saja broker-broker yang ada seperti juga yang dilakukan Bapak-Bapak penikmat surga dunia yang lain.

Pernah suatu ketika aku pas pulang kantor, begitu sampai didepan kamar aku melihat MR BON sedang menikmati minum teh dan hidangan ringan di meja depan kamarku, seperti biasa selalu ditemani oleh wanita. Tidak lama kemudian muncul dari belakangku wanita yang lain, dan langsung bertanya kepada temannya “SUDAH SHOLAT BELUM ?” Masya Alloh, hanya kalimat itulah yang aku ingat dari obrolan mereka, namun yang membuatku terhenyak, sebagai mana fitrah manusia yang telah diciptakan oleh-Nya, meskipun mereka telah bergelimang dengan dosa, apakah kalimat tersebut merupakan kalimat yang serius atau hanya kepura-puraan belaka, sungguh aku tak mengerti. Tapi intinya mereka masih tetap INGAT TUHAN. Ya tapi untuk apa kalau cuman INGAT TUHAN tanpa menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya ? Sama juga lah kalau aku sebagai seorang Banker punya nasabah, terus nasabahnya ngomong SAYA INGAT DENGAN HUTANG SAYA KOK tetapi cuman ingat dan tidak mau bayar, Bloggerpun kalau digitukan pasti marah bukan ?

14 Juli 2009

KISAH MR BON 2 (TUA-TUA KELADI)

Usia MR BON yang telah mencapai 67 tahun bukanlah usia yang muda lagi. Pada usia tersebut sudah sepantasnya MR BON dipanggil Kakek alias Simbah, ya karena seusia dia memang sudah bau-bau tanah. Bagi kaum muslimin, usia segitu sama artinya sudah mendapatkan bonus 4 tahun, jika dibandingkan dengan usia Nabi Muhammad SAW yang wafat pada usia 63 tahun (Hijriyah) yang tentunya berbeda dengan jumlah tahun Masehi. Usia seperti MR BON seharusnya lebih banyak digunakan untuk melakukan pendekatan diri kepada Sang Khalik, karena harus disadari setiap saat maut akan menjemput. Manakala maut telah menjemput, yang sakarotul mautnya lebih sakit dari sayatan-sayatan pedang yang paling tajam, tidak akan ada lagi arti sebuah penyesalan. Segala kenikmatan yang ada didunia akan ditinggalkan, dan hanya amal sholeh saja yang akan menghantarkannya kepada Sang Khalik. Tapi tidak demikian yang terjadi pada MR BON. Seperti pepatah yang mengatakan TUA-TUA KELADI, SEMAKIN TUA SEMAKIN MENJADI.

MR BON bersama teamnya menjalankan tugasnya selama beberapa bulan, setelah itu mereka kembali ke Negaranya. Selang beberapa bulan kemudian secara periodik mereka datang untuk terus melanjutkan missi kemanusiaanya dan terus kembali lagi kenegaranya, begitu seterusnya. Selama aku tinggal di hotel ini mereka akan segera datang untuk yang keempat kalinya. Dari satu sisi kita tentunya sangat menghargai upaya Pemerintah mereka yang telah mengirimkan Team Medis, dan juga terhadap Team Medis tersebut yang telah banyak membantu para korban gempa. Disisi lain, setiap kedatangan MR BON selalu menjadikan hotel ini tambah meriah, bukan hanya dia kedatangan para koleganya, orang-orang yang pernah ditolongnya tetapi juga kedatangan para wanita penghibur yang berusaha mencari kepeng darinya. Memang patut diakui keroyalan MR BON terhadap orang-orang yang telah dikenalnya yang begitu mencolok. Sejumlah uang senantiasa ia berikan, tak lupa setiap ia keluar hotel, tak jarang pulangnya membawa oleh-oleh untuk para Room Boy. Jadilah para Room Boy disini merasa begitu senang setiap kali kedatangan MR BON.

Pada awalnya aku merasa bingung begitu melihat MR BON gonta-ganti pasangan. Yup.... tunggu dulu Blogger, Anda pasti mengira para Wanita yang dibawa oleh MR BON adalah wanita-wanita cantik nan seksi yang tinggi dan cantiknya kayak Manohara dan bibirnya seksi kayak Monalisa serta mata indahnya seperti Lady Diana, atau paling tidak seperti Para Wanita yang bergelut di dunia Agen Rahasia seperti mereka yang mengelilingi James Bon 007. Hem.... kalau para wanita yang mengelilinginya seperti itu, akupun akan berdecak kagum. Ya.... ampyun....., kalau Blogger juga membayangkan seperti itu sungguh salah besar. Wanita-wanita yang dibawanya gonta-ganti berasal dari SARKEM alias Pasar Kembang, sebuah daerah lokalisasi di belakang Malioboro !!! Hey,.... bagi Blogger yang belum tahu SARKEM, kalau ke Yogya gak usah tanya2 disebelah mana ya. Kecuali bagi Anda yang telah berusaha mencari pacar namun ditolak dan punya prinsip CINTA DITOLAK, SARKEM ISIK BUKAK ya silahkan-silahkan saja dengan segala konsekwensi ditanggung sendiri. Terus gimana ujudnya wanita2 penjaja antara paha tersebut ? Sungguh tak terbayangkan !!! Banyak diantaranya adalah para wanita yang biasa dikonsumsi oleh para tukang becak dengan tarif Goceng !!! Sungguh loh ! Silahkan kalau Anda yang belum pernah tahu untuk beimajinasi sendiri. Tapi itulah MR BON, dengan usianya yang sudah mendekati Maghrib tapi kalau menyangkut urusan yang satu itu, benar-benar gila, MAKIN TUA MAKIN MENJADI.

08 Juli 2009

KISAH MR BON 1 (BERMULA DARI MUSIBAH)

Blogger, untuk beberapa posting kedepan akan saya paparkan KISAH MR BON yang sebenarnya merupakan kisah lama, namun sebentar lagi MR BON akan kembali lagi ke Hotel ini.

Setiap kali kejadian akan membawa hikmah, dan ini penting untuk dijadikan pengalaman guna meningkatkan ketakwaan. Alloh tidak akan membebankan suatu cobaan kepada ummat-Nya yang tidak sanggup ditanggungnya, di depan Dia semua sudah terukur. Namun tidak semua orang akan mampu mengambil hikmah, apalagi bagi orang-orang yang hatinya telah beku, pandangan matanya telah diputarbalikkan oleh kesesatan sehingga tidak mampu lagi untuk memahami kebenaran dan terjadi kecenderungan perilaku yang menyimpang yang semakin jauh dari norma-norma yang telah ditetapkan agama.

Berawal dari kejadian Gempa Yogya 27 Mei 2006 yang telah menghentakkan dunia, dimana jumlah korbannya cukup banyak, meski kalau dilihat dari skala Richter tidak terlalu besar, namun karena kedangkalan pusat gempa sanggup meluluhlantakkan Yogya dan sekitarnya. Hal tersebut didukung dengan banyaknya rumah-rumah lama dimana konstruksinya banyak menggunakan campuran kapur dan tidak dilengkapi beton bertulang sehingga sama sekali tidak tahan gempa. Banyaknya korban jiwa tersebut mendorong komunitas internasional untuk mengulurkan tangan membantu Masyarakat Yogya yang sedang mengalami musibah. Salah satu negara yang peduli yang dulu ratusan tahun menjajah Indonesia yakni Belanda dengan mengirimkan team medis yang dipimpin oleh MR BON.

MR BON sendiri adalah seorang Dokter yang telah berumur 67 tahun dan Asli Keturunan Wong Jowo yang lahir di Suriname, sebuah negara di Amerika Latin yang saat penjajahan dulu digunakan Belanda untuk menampung para kuli kontrak untuk menggarap perkebunan dan dijadikan budak disana. Dengan kemajuan jaman, tidak sedikit Wong Jowo di Suriname yang akhirnya mengenyam kemajuan, ada yang jadi Mentri, Pejabat lain dan tak terkecuali MR BON yang menjadi seorang Dokter. Adanya hubungan penjajahan dimasa lalu, menjadikan MR BON yang sempat mengenyam pendidikan di Belanda akhirnya menjadi Warga Negara Belanda dan tinggal di Belanda. Atas pertimbangan KeJawaannya ini maka dengan adanya musibah gempa bumi yang dahsyat tersebut MR BON dan teamnya dikirim ke Yogya dalam waktu yang cukup lama. Selama itu pula MR BON dan teamnya tinggal di hotel tempatku tinggal. OK Blogger, kedepan silahkan kisah-kisah uniknya pada orang yang sebenarnya sudah mulai bau-bau tanah tersebut.