SELAMAT DATANG DI BLOG SPECIAL, ANDA PENGUNJUNG KE:

30 April 2009

CATATAN KECIL PERJALANANKU 2



Tepat pukul 24.30 Kereta Senja Utama Yogya Jakarta memasuki Stasiun Kejaksan Cirebon. Kedatangan ini sesuai jadwal, pada hari-hari yang lain kerta kadang datang tepat waktu kadang juga terlambat. Ya, ini karena belum adanya double track selepas Kutoarjo sampai Cirebon. Semoga kondisi ini segera dibenahi mengingat sudah sekian lama kita merdeka, masak masih mengandalkan warisan Belanda melulu. Begitu turun dari kereta, tercium aroma tanah basah. Rupanya malam itu usai hujan yang cukup deras sehingga mendinginkan udara yang normalnya cukup panas, layaknya kota/daerah lain yang di tepian pantai.


Begitu keluar pintu, sedertan tukang becak sudah menunggu untuk menawarkan jasanya. Semula mereka saling berebut untuk menghantarkan aku, tapi lama-lama aku perhatikan mereka bergilir, tanpa ada perebutan dan menang-menangan. Subhanalloh, toleransi dalam pembagian rezeki sudah tercipta diantara mereka. Kita kadang malu, sebagai orang yang berpendidikan kalau menyangkut urusan rezeki saling berebut bahkan bisa menghalallkan segala cara. Na’udzubillahimin dhalik. Sebenarnya ada beberapa alternatif kendaraan yang bisa digunakan, Taxi ataupun ojek ada di stasiun. Tapi aku lebih suka menggunakan jasa tukang beca dengan alasan; rumahku tidak terlalu jauh dari stasiun dan aku bertujuan untuk dapat memberikan rezeki kepadanya yang pada umumnya hidupnya hanya mengandalkan diri dari mengayuh becak. Normalnya, dari stasiun ke tempatku ongkosnya antara Rp. 7.000,- sd Rp. 8.000,- Namun kalau yang gak tahu akan ditawari dengan harga sekitar Rp. 20.000,- sd Rp.25.000,- Pada awalnya aku sengaja nawar sampai Rp. 10.000,- meski sesampainya di rumah tak beri Rp. 15.000,- ya..meskipun sedikit idep2 amal gitcu. Kini mereka sudah tahu, pokoknya kalau aku datang ya gak lagi tanya harga langsung dapat Rp. 15.000,- Duh semringahnya tukang becak dengan diberi sedikit lebih, Insya Alloh syukurnya akan tembus sampai ke langit tertinggi. Bagi kita uang segitu mungkin kurang berarti, tapi masya Alloh, ternyata dibumi pertiwi yang kaya raya ini masih memandang begitu berharga duit seceng.


Semilir angin malam menerpa wajahku, dengan beca yang terbuka aku gampang berkomunikasi dengan tukang becak. Sementara malam semakin larut, disepanjang Jalan Kartini masih banyak anak-anak muda yang nongkrong, tak ketinggalan dengan sejumlah wanita muda. Inilah potret negeri yang mayoritas penduduknya muslim namun telah terjadi dekadensi moral yang luar biasa sehingga telah mencapai titik nadir. Aku pernah bertanya ke tukang beca diwaktu lain, dia seorang sarjana, pantes kok diajak ngobrol nyambung banget. Ya Alloh, alangkah beruntungnya aku, selama ini telah Engkau berikan rezeki yang berkecukupan. Saudaraku, yang seorang sarjana berakhir pada profesi tukang becak !!! Aku yakin, hatinya pasti menjerit, rasanya tidak mungkin sampai dia lulus sarjana pernah bercita-cita untuk menjadi tukang beca. Pasti semua karena keterpaksaan, dirumah anak sudah menangis minta susu, dari pada menganggur, apapun dijalani yang penting halal. Insya Alloh keringatnya akan dibalas dengan segala kebaikan kelak di Akherat oleh Alloh. Amin.


Malam itu aku naik beca dengan pengemudi yang bertubuh gendut, lebih besar dariku. Sungguh sangat jarang tukang beca yang demikian. Umumnya tukang beca langsing, bukan karena kurang makan tapi karena energynya banyak keluar sebagai ganti bensin saat mengayuh. Pembicaraan sampai ke masalah keluarga, setelah aku tanya berapa orang anaknya, dia jawab semula 10 orang tapi tinggal 9 yang hidup. Aku agak tersentak, kutanyakan istrinya kerja ? Ternyata tidak. Trus kutanyakan lagi berapa orang yang sudah bekerja ? Baru satu orang, jadi dukun dan salah satu pasiennya tetanggaku. Pembicaraan terus berlanjut, kutanyakan berapa penghasilan seharinya ? Rata-rata dapat Rp. 25.000,- Busyet, aku coba menghitung 8 anak plus istri dan dia, dengan penghasilan Rp. 25.000,- berarti jatah seorang tiap hari Rp. 2.500,- Mau pecah rasanya kepalaku, gimana caranya dia bisa menghidupi dirinya dan keluarganya ? Pantaslah orang-orang demikian sampai-sampai ada yang meregang nyawa untuk mendapatkan dana zakat Rp. 15.000,- ataupun mendapatkan BLT. Mereka juga sangat rawan untuk dibeli suaranya saat Pemilu dengan serangan fajar. Bayangin kalau suaranya dibeli Rp. 20.000,- artinya untuk masa 5 tahun suaranya hanya dihargai Rp. 11,11 per hari. Alangkah jahatnya mereka yang berpolitik kotor.

28 April 2009

CATATAN KECIL PERJALANANKU 1


Jum’at, 24 April 2009. Seperti akhir pekan biasanya yang telah 2,5 tahun lebih aku jalani, sebagai anak kos aku pulang ke Cirebon untuk berkumpul dengan anak –anak dan istriku tercinta. Senja Utama Yogya, sebuah kereta kenangan yang 29 tahun lalu menjadi kereta langgananku saat aku duduk di bangku SMA dan Kuliah di Gadjah Mada manakala akan pulang ke Lampung dan sebaliknya, kini aku jadikan langganan yang paling tepat waktunya dan paling praktis. Meski mengandalkan Angin Ciprut alias AC Alami untuk pendingin yang hanya terasa dingin saat kereta bergerak, tidak menjadi persoalan, toh hampir sebagian besar hidupku hidup diruangan ber AC, entah saat bekerja ataupun tidur di kamar.


Tepat pukul 19.30 kereta mulai bergerak, tuet....jeg...ejeg....ejeg..... Suasana didalam gerbong penuh hiruk pikuk. Penumpang yang memenuhi hampir seluruh tempat duduk, dan Alhamdulillah kok aku dapat tempat duduk sendirian, ada yang asyik ngobrol, canda ria, ber HP ria sampai tangisan bayi yang minta susu emaknya bercampur baur bercampur baur dengan pedagang yang tak henti-hentinya menawarkan dagangannya. Mulai dari makanan ringan, minuman, rokok, mie, sampai alat pijat, folpen, tempat sambal dan lain-lain ditawarkan. Jadilah kereta api sebuah pasar pindah. Belum lagi tukang pijat yang menawarkan jasanya, tukang bersih lantai yang mengharapkan recehan, dan tak ketinggalan serombongan banci yang mengamen dengan suara mirip ember kosong yang dipukul nyaring, dengan tambahan kalimat wer...ewer...ewer... disetiap akhir bait lagunya dengan menggoyangkan pantat jeleknya. He....he... kemarin dia berlarian sambil teriak “ADA POLISI.....” Beruntung Alloh memberikan kemampuan telinga kita secara terbatas untuk menerima frekwensi suara, bayangkan kalau semua suara dalam gerbong bisa kita tangkap, alangkah rumitnya yang masuk kedalam benak pikiranku.


Waktu belum terlalu malam, kereta juga baru saja lepas dari Kutoarjo, sekitar 1 jam perjalanan dari Yogya. Entah karena terlalu lelah aku, kondisi badan yang kurang fit atau karena duduk di kursi sendirian, tidak seperti biasanya aku yang suka susah tidur saat itu merasa kantuk berat dan lelap tidur. Tak terasa kereta telah melewati Stasiun Purwokerto dan sudah masuk ke daerah Prupuk, sekitar 80 km dari Cirebon kalau diukur jarak lewat jalan raya yang sering kulalui dengan mobil. Aku terbangun. Dan ternyata disandaran tangan kursi yang aku duduki, duduk seorang perempuan pedagang minuman hangat kopi, jahe dan pop mie. Tiba-tiba saja ia memintaku untuk numpang duduk, dan aku persilahkan. Aku sengaja ngajak ngobrol, karena aku memang sering tertarik untuk mencermati kehidupan orang-orang kecil seperti dia. Usianya masih relatif muda, mungkin baru sekitar 23 tahunan. Sebut saja Sri namanya. Dia tinggal di Ketanggungan, sebuah daerah di wilayak Kabupaten Brebes. Aku menanyakan berapa penghasilan bersih yang didapatkan setiap hari ? Rata-rata Rp. 15.000,- dan paling tinggi Rp. 20.000,- Masya Alloh, aku tidak bisa membayangkan, betapa mulianya orang ini, harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dengan membawa barang dagangan yang mesti tidak terlalu berat namun harus hilir mudik dari satu gerbong ke gerbong yang lain dan pindah dari satu kereta ke kereta yang lain dan harus menahan rasa kantuk, terkadang harus tidur di lantai depan WC yang tentu aromanya menyengat hidung. Meski ini adalah kerja keras, namun menurtku bukan kerja cerdas, tentu merupakan suatu keterpaksaan demi memperoleh sesuap nasi. Dia tentu tidak akan mau melakukannya manakala sang suami sudah mampu memenuhi kehidupan remah tangganya. Duh.......... ternyata masih begitu berharga uang Rp. 15.000,- Lantas dimana rasa syukurku yang selama ini telah Alloh berikan rezeki yang begitu berlimpah ??? Ampuni hamba-Mu Ya Alloh, yang belum pandai mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, yang lebih banyak memintanya dari rasa syukurnya. Tanpa ampunan-Mu aku akan jatuh menjadi orang yang hina di depan-Mu. Keretapun berhenti di stasiun Ketanggungan, Sri pun turun. Terima kasih Sri, engkau cukup menghentakkan kalbuku akan kebesaran Alloh yang telah begitu banyak melimpahkan rezeki-Nya padaku.

24 April 2009

NGERJAIN ROOM BOY

Malam belum terlalu larut, jam baru menunjukkan pukul 20.07 menit. Kebetulan cuaca malam itu cukup cerah, tidak seperti malam-malam sebelumnya yang banyak diguyur hujan. Seperti kegiatan rutinku yang biasanya kujalani, malam itu aku asyik berenang sendirian. Beberapa saat kemudian kawan baikku yang bernama Mas Har ikut berenang, jadilah renang bersama dengan sekali waktu di selipi canda dan ngrumpi. Sekira 20 menit kemudian, kawan baikku, solmet sebelah kamar, sebut saja Aldi yang sebelumnya asik bermain guitar ikut nimbrung berenang. Meski dengan mata yang harus di sipitkan karena soft lensa harus dilepas manakala berenang, sehingga pandangan agak terganggu, Aldi tak kurang semangat kecipak-kecipuk hilir mudik berenang. Aku sendiri enggak mengira kalau Aldi masih kurang mahir untuk berenang, karena tahu-tahu didekat tepian tiba-tiba ia hampir kehabisan tenaga dan sempat minum air kolam yang rasanya sueger.... dicampur pepsi, eh pesing. Kami berdua sempat meloncat ke arah Aldi untuk membantu. Alhamdulillah tidak terjadi masalah yang serius.

Setelah melihat Aldi yang agak kelelahan, kami sepakat untuk beristirahat, duduk di kursi depan kamarku. Layaknya perkumpulan IPAPI, alias Ikatan Priya Penyebar Isyu, kami bertiga ngobrol ngalor ngidul. Tak ketinggalan biasanya yang disorot yang kelihatan super aneh. Maklum di hotelku tinggal tidak sedikit yang aneh, dan tidak kalah banyak yang super aneh. Terakhir obrolan menyangkut seorang kutilang yang sebenarnya PSK yang tinggal di kamar 103. Tiba-tiba saja Aldi punya ide mau ngerjain Room Boy. Kebetulan ada Room Boy yang sedang duduk di ruang Receptionis sambil sementara menggantikan Receptionis yang sedang off. Sebenarnya kami sudah tahu, kebetulan Room Boy yg di receptionis tersebut termasuk orang yang polos, tidak seperti beberapa orang lainnya yang dapat menfasilitasi untuk keperluan esex-esex. Setelah telpon berdering, berikut cetak “rekaman” pembicaraannya ;

Room Boy : “ Hallo selamat malam, ada yang bisa kami bantu ?” denghan sopannya menyapa.
Aldi : “Selamat malam Pak, apa ini betul Hotel X ?”
Room Boy : “Ya Betul, mau butuh kamar untuk kapan dan berapa kamar ?”
Aldi : “Enggak, saya cuman butuh kamar satu saja. Kalau membawa cewek dari luar boleh
enggak ?”
Room Boy: ”O boleh Pak, disini bebas kok, banyak yang membawa cewek, bahkan banyak juga
cewek yang tinggal disini.”
Aldi : “Oh ya, saya bisa dihubungkan dengan cewek di kamar 103 yang tinggi, rambut dicat
coklat. No HP-nya berapa dan tarifnya berapa ya Pak ?”
Room Boy: “Maaf, ini telponnya tidak bisa di switch, saya tidak tahu no. HP-nya. Kalau tarifnya
saya dengar Rp. 500.000,- untuk short time, tapi silahkan kesini sendiri kebetulan
orangnya
ada kok.”
Aldi : “OK Pak, makasih infonya.” Dan Aldi langsung memutuskan HP-nya.

Kami bertiga tertawa kecil, duh.. si Aldi ini aya-aya wae.

22 April 2009

DUH NAKALNYA

Di hotel tempatku tinggal ada juga yang tinggal bersama keluarga. Aku sendiri tidak tahu apakah semua yang tinggal bersama keluarga benar-benar terikat dengan tali perkawinan atau keluarga karena adanya hubungan biologis yang menghasilkan keturunan tanpa tali pernikahan. Untuk beberapa keluarga yang tinggal disini aku yakin memang mereka adalah suami istri dan anaknya yang sah. Sebagai contoh yang pernah tinggal cukup lama disini seorang manager di perusahaan penerbangan dengan istri mantan pramugari, dan bersama dua orang anaknya, anaknya yang kedua lahir di Yogya dimana sampai usia kandungan 7 bulan keluarga tersebut tetap tinggal di hotel ini.

Ada lagi satu keluarga yang tinggal cukup lama di hotel ini. Tapi aku tidak tahu apakah mereka suami istri yang sah, atau hidup sebagai samen laven alias kumpul kebo yang tinggal bersama seorang anak lelaki yang baru berusia sekitar 4 tahun. Bapaknya sebut saja Kim, seorang warga Korea yang mencari nafkahnya di Yogyakarta, sedangkan “istrinya” sebut saja Ngatinem, asli orang Indonesia. Pasangan keluarga ini tinggal denga putranya sebut saja Yong, yang lahir di Korea. Sekilas pandang keluarga ini hidup rukun, kedua orang tuanya kelihatan selalu dalam suasana kebersamaan beserta putranya. Yong cenderung dimanjakan, sehingga apa-apa yang dilakukan sangat jarang dilarang oleh orang tuanya. Aku sendiri mengira anak tersebut terkena Autis karena nakal sekali. Yang agak membuat susah, si Yong yang tinggal di Korea namun menggunakan Bahasa Ibu bahasa Indonesia. Repotnya entah karena bercampur dengan logat korea atau entah karena apa, Yong kalau berbicara sangat susah dicerna. Ditelingaku kalau dia berbicara kedengarannya pating plekutuk persis kaya suara air yang sedang mendidih. Yong juga sangat susah untuk diomongin. Terkadang tiba-tiba saja dia masuk kamar siapapun yang tidak dikenal dan mengacak-acak barang.

Pernah entah karena sebab apa, kawanku Pak De dibuat begitu jengkel, sehingga di “slentik” telinganya oleh Pak De. Aku sendiri juga pernah dibuat jengkel. Yong senang sekali berenang, terkadang ditemani kedua orang tuanya, terkadang berenang sendiri dan ditungguin di tempat duduk di tepian kolam renang. Pernah saat aku berenang, tak lama kemudian Yong ikut berenang, sementara ibunya duduk di kursi tepi kolam renang. Tiba-tiba saja Yong mengejarku dan menciprat-cipratkan air kemukaku sehingga mengganggu napas dan mataku. Ibunya sudah melarang, namun tetap saja Yong membandel. Agak pusing juga aku dibuatnya, ini bukan lagi sekedar canda tapi anak ini cenderung gak diajari sopan santun. Untung aku punya sedikit kelebihan yang jarang dimiliki orang lain. Saat di air, aku bisa mengapung dengan terlentang tanpa gerakan sedikitpun, dan bahkan aku pernah sempat mau tertidur di air. Kuputar otak, anak ini harus tak kasih sedikit pelajaran biar jangan seenaknya ganggu orang, setelah ibunya dan aku ngomongin jangan nakal gitu sama sekali gak digubris, sengaja aku berenang ditengah yang dalam dan aku langsung mengapungkan diri. Yong pun terus menghampiriku sambil berusaha menciprat-cipratkan air kemukaku. Akhirnya dia kelelahan dan sempat terminum air kolam. Nah pelajaran yang kuberikan berhasil, Yong tidak berani lagi berbuat nakal padaku.

18 April 2009

HANCURNYA MASA DEPAN

Hati orang tua mana yang tidak hancur bila melihat buah hatinya yang telah dibesarkan, diberikan kasih sayang dengan penuh ketulusan tanpa mengharapkan imbalan apapun, disekolahkan mulai dari kecil hingga beranjak dewasa tiba-tiba harus kandas di tengah jalan. Bukan hanya itu, akan lebih hancur lagi kala diketahui sang anak telah terjerembab ke kehidupan yang serba bebas yang sangat jauh dari norma-norma agama dan selalu berbuat asusila. Na’udzubillah hi mindhalik.

Blogger, ini aku sampaikan kelanjutan kisah si Dewi, seorang Cewek SMU Bispak yang telah aku posting tanggal 3 Februari 2009 lalu. Siang itu seperti hari-hari biasanya Dewi usai pulang sekolah langsung masuk kamar. Itu dilakukan kalau ia tidak bolos sekolah. Tidak lama setelah masuk kamar, masuk pula seorang lelaki yang memang sudah kangsenan sama Dewi sebelumnya. Sebut saja Iwan, dia salah satu lelaki yang menjadi pelanggan Dewi. Belum lama Iwan masuk kamar, tiba-tiba terjadi sesuatu yang tidak biasa, orang tua Dewi yang sudah mencium gelagat tidak beres putrinya yang tinggal di luar kota tiba-tiba datang. Sempat terjadi kegaduhan, siang itu Dewi dan Iwan disemprot habis oleh orangtuanya. Iwan hanya bisa tertunduk malu, sementara Dewi kelihatan sudah terbiasa kena damprat orang tuanya. Alhasil, sore itu juga Dewi dibawa pulang oleh orangtuanya. Masya Alloh, tampak pada wajah kedua orang tuanya yang begitu sedih, sangat terpukul dengan kelakuan anaknya. Hati orang tua mana yang masih punya Iman akan rela melihat putri kesayangannya jatuh ke lembah nista. Entah bagaimana urusannya, ternyata tidak lama kemudian Dewi dikeluarkan dari sekolahnya. Rupanya pihak sekolah sudah mengetahui kelakuan Dewi, yah hitung-hitung untuk menghilangkan pengaruh negatif terhadap kawan-kawan sekolahnya mungkin.

Yang membuatku geleng-geleng kepala, setelah dibawa pulang paksa oleh orangtuanya, tidak sampai dua minggu Dewi sudah datang lagi ke hotel ini, namun dengan status yang lain, kalau sebelumnya sebagai seorang cewek SMU, saat ini statusnya bukan lagi sebagai seorang siswi SMU karena sudah Drop Out. Jadilah ia sebagai seorang pelayan plus-plus yang mengejar kenikmatan dunia. Duh..... tidakkah Dewi mampu menatap masa depan yang masih sangat besar peluang dan tantangan untuk hidup lebih baik, untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Tidak hanya Dewi, kedua orang tuanya dan keluarganya telah kehilangan harapan untuk menjadikan anak yang berguna.

16 April 2009

SELAMAT JALAN PAK DE


Hari ini aku dan kawan-kawan penghuni hotel serta karyawan merasa kehilangan seorang yang dituakan, yang sering dipanggil Pak De, Pak Lurah. Ya. Beliau sudah sekian lama tinggal di hotel ini, hampir 7 tahun. Beliau salah satu teman terbaikku, salah satu sumber inspirasiku, orangnya yang begitu supel, hidup dengan kesehajaan meski punya kemampuan untuk tampil keren. Meski tanpa derai air mata dari kawan2, karena disini sudah biasa kita ketemu orang-orang baru dan kemudian berpisah, namun setelah 2,5 tahun bersama tinggal di hotel ini, aku merasa begitu kehilangan.

Ya, kepergian Pak De ke Sulawesi untuk mengerjakan proyek penggalian Nikel yang akan memakan waktu cukup lama dengan nilai proyek yang cukup besar, dengan nilai mencapai angka Trilyun. Pak De diberi order untuk menggarap pengerukan. Guna mendukung kegiatannya Pak De telah berkomitment untuk membeli 4 alat berat rekondisi tahun 1996 senilai Rp. 9,6 M dan pembelian 15 Dump Truck. Kepercayaan ini didapatkan setelah mengajukan penawaran sebesar 2,8 Dollar untuk pngerukan 1 ton sampai diangkut ke lokasi penimbunan. Hem... dasar rezeki, oleh investor malah Pak De diberi 3 dollar per ton. Ya ini karena Pak De tidak mengambil keuntungan yang berlebihan dimana kontraktor sebelumnya memungut ongkos 3,9 dollar per ton dan belum sampai lokasi penimbunan. Kontraktor tersebut hanya dibatasi untuk mengeruk tanah berkandungan Nikel sebanyak 100.000 ton.

Pak De rencananya sekali waktu masih akan mampir di Yogya, ya.. beliau masih punya asset disini. Sementara, piutang2 yang belum tertagih antara lain pada seseorang sebesar Rp. 250 juta dianggap hilang begitu saja. Ada lagi piutang dalam jumlah kecil namun membuatku geleng2 kepala. Alkisah, beberapa kali aku melihat ada seorang cewek yang begitu gemar mencium tangan Pak De saat ketemu di Lobby. Aku sering godain Pak De; “Wah punya anak baru nih.” Dia seorang tenaga Outshourching yang memasarkan kartu kredit HSBC. Entah karena kehabisan uang, ia menggadaikan motor ke Pak De sebesar 1,5 juta rupiah. Pak De sendiri tidak mau urusan gadai, akhirnya motor dipegang oleh salah seorang Room Boy. Belakangan si cewek telah dapat pasangan seorang yang mengendarai Terrano, dan Pak De-pun sudah tidak mempedulikan piutangnya.

Selamat jalan Pak De, semoga sukses di proyek yang baru dan Alloh membukakan pintu hidayah agar Pak De segera menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Amin3x.

09 April 2009

PSK KESENGSEM TEMAN GUA

Ada-ada saja kejadian di Hotel tempatku tinggal. Kalau beberapa bulan yang lalu sempat aku posting serombongan PSK yang berjumlah 5 orang, empat orang endut-endut dan satu orang kutilang, setelah bertahan sekitar satu bulan keempat PSK yang tinggal di bangunan baru di blok timur hotel akhirnya chek out karena sepi order, sampai saat ini masih tersisa satu orang PSK yang tinggal di kamar 103. Sebut saja Angel, memang body boleh dikata cukup baik dengan tinggi sekitar 170 cm, meski face paling banter kalau aku yang menilai ya dapat 60, namun masih banyak pria hidung belang yang memanfaatkan jasanya. Itulah makanya ia tetap bertahan dan bahkan pindah dari kamar yang semula standar ke kamar yang lebih tinggi lagi tarifnya.

Aku punya seorang teman yang sudah cukup lama tinggal di hotel ini, sekitar 5 tahunan lah, lebih dulu tinggal di sini dari aku yang baru 2,5 tahun, sebut saja Harun. Beberapa waktu lalu juga sudah aku posting sebagian kisah si Harun. Pada dasarnya Harun masih relatif baik, manakala sedang pergi bersamaku dan saat sholat di Masjid, diapun juga ikut menunaikan kewajibannya. Hanya saja terkadang tingkah nyleneh dan isengnya timbul, sehingga sering aku guyonin sebagai manusia STMJ alias Sholat Terus Maksiat Jalan. Tak terkecuali keisengannya ia tunjukkan kepada PSK si Angel.

Alkisah, sore itu sebagaimana hari-hari biasanya Si Harun duduk di Lobby di kursi dekat jendela. Tak tertinggal Black Berry barunya ia mainkan sebagai ganti dari Nokia Communicator yang sudah patah engselnya (seharusnya di bawa ke dukun spesialis patah tulang). Sementara, di balai yang sengaja diletakkan di Lobby yang berjarak sekitar 7 meter tempat Harun duduk Harun, sedang duduk dengan sronoknya si Angel. Seperti biasa Angel hanya mengenakan pakaian yang serba minim. Saat itulah kedua mata insan berlainan jenis ini beradu, meski berjarak sekitar 7 m, namun masih bisa saling menatap mata. Entah setan apa yang sedang lewat, tiba-tiba mata Harun memberikan kedipan genit untuk mata Angel. Ini dia salah satu panah setan yang sangat mujarab, pandangan mata bisa menimbulkan dampak kerusakan yang luar biasa. Rupanya kedipan genit dan iseng dari si Harun ditanggapi serius oleh si Harun. Dasar Harun, setelah Angel memberikan sekulum senyuman, Harun langsung ngeloyor pergi keluar hotel. Sejak saat itu, Angel sering menunggu kedatangan si Harun saat jam pulang kantor, bahkan secara terang-terangan Angel memproklamirkan diri pada para Room Boy dan Receptionis kalau dia kesengsem alias jatuh hati pada Harun. Bukan itu saja, pernah suatu hari Angel sengaja meninggalkan kunci kamar ke satpam sebelum masuk kamar dengan pesan singkat, “Tolong nanti berikan ke Harun !!!” Nah loh, rasain tuh Room Boy sehotel jadi ribut semua.

03 April 2009

PASAL 503 UNTUK SATU TRUK

Aku sampai saat ini masih merasa heran, hotel tempatku tinggal rasanya menjadi tempat yang begitu aman, nyaman dan berkesan bagi mereeka yang banyak berbuat asusila untuk jangka panjang. Meski kuakui tidak sedikit penghuni yang baik-baik bahkan bersama anak dan istrinya, namun terlalu banyak yang melakukan kehidupan bebas dan tidak menutup kemungkinan sebagai tempat untuk melakukan perbuatan-perbuatan tidak terpuji yang melanggar aturan agama dan juga undang-undang.

Selama dua setengah tahun aku tinggal disini, belum pernah aku melihat adanya pemeriksaan oleh Polisi yang memeriksa kamar demi kamar, namun konon kabarnya sewaktu aku nggak ada ditempat pernah dilakukan pemeriksaan, namun konyolnya oleh petugas hotel hanya beberapa kamar yang dipilih untuk diperiksa, antara lain kamarku dan beberapa kamar temanku yang memang sudah tinggal disini bertahun-tahun. Si Dewi, salah seorang petugas hotel mengatakan padaku, kalau aku dijadikan bemper, diperlihatkan kamarku untuk membuktikan ke Polisi kalau di hotel ini tidak terjadi apa-apa. Hemm.... sebuah kebohongan besar, bagaimana tidak, lihat saja di Blog yang sengaja aku buat mulai Juli 2008, berapa banyak kisah2 nyata yang aku paparkan, dan jangan kaget.... itu hanya sebagian kecil saja fakta-fakta yang aku ungkap, padahal kejadian-kejadian yang ada jauh lebih banyak lagi. Masya Alloh. Ya tidak heran kalau beberapa waktu lalu di Harian Kedaulatan Rakyat diungkapkan dari hasil survey yang begitu mengerikan yakni 97,05 % Mahasiswa di DIY telah melakukan hubungan sex pranikah. Duh Gusti, mau jadi apa generasi ini dengan moralitas yang telah begitu hancur. Hotel ini juga tidak sedikit mengambil andil. Siapa yang salah ? Ya pemilik hotel, Pemda, Polisi dan mereka sebagai pelaku yang tinggal disini.

Blogger, apakah betul tidak pernah ada Polisi yang datang ke hotel ini ? Weih..... tiap malam dapat dipastikan Polisi selalu datang ke hotel, tidak tanggung-tanggung ada tiga kesatuan yang bergilir menyambangi hotel setiap malam. Jumlah personilnya juga tidak sedikit, sekali datang ada yang satu truk. Dari sekian banyak Polisi dalam truk, selalu dua orang saja yang turun, pergi ke receptionis, 2-3 menit tanpa banyak bla..bla...., salam tempel dengan Pasal 503, yakni Rp. 5.000,- dah ngloyor lagi. Itulah yang rutin dilakukan oleh tiga kesatuan. Aku berharap kepada semua pihak untuk dapat lebih meningkatkan kepedulian guna memperbaiki kebobrokan moral. Sementara aku tinggal disini paling tidak bisa mengurangi jumlah orang yang akan berlaku nyleneh, minimal karena kamarku sudah tak tempatin 2,5 tahun meski kiri kanan sebelahku pernah dulu dipakai oleh para kerbau yang sednag kumpul.