SELAMAT DATANG DI BLOG SPECIAL, ANDA PENGUNJUNG KE:

24 Maret 2009

KISAH PAKDE 9 (TERTIPU PENGUSAHA DARI KUNINGAN)



Aku beberapa diajak Pak De melihat-lihat lokasi proyeknya yang ada disekitar lereng merapi. Disitu ada beberapa alat berat Pak De yang digunakan untuk menggali pasir. Karena baru kali ini aku melihat penggalian pasir di sekitar Lereng Merapi, sepulang dari lokasi proyek aku terlibat diskusi yang agak serius. Dari kondisi alam yang ada aku berkesimpulan kalau apa yang dikerjakan disitu tidak bisa menghasilkan pasir secara maksimal. Lokasi yang agak sulit dijangkau dengan deposit pasir yang kelihatannya rendah pasti alat berat tersebut harus kerja ekstra keras. Kebetulan sewaktu di Cirebon aku punya nasabah yang punya lokasi penggalian pasir cukup luas, sekitar 25 ha, namun saat ini terhenti karena alat beratnya mengalami musibah tertimpa batu gunung. Dari omong-omong tersebut akhirnya Pak De aku antarkan ke Kuningan untuk melihat lokasi penggalian pasir. Akhirnya Pak De untuk menjalin kerjasama dengan pemilik lahan pasir. Cuman ada satu hal yang merupakan kebiasaan jelek pemilik lahan pasir, panggil saja Pak Aga. Dia demen banget kawin, ini baru belakangan aku tahu, seumur dia telah kawin sebanyak 30 x. Akhirnya Pak De kurang enjoy dengan pola bagi hasil yang diterapkan. Alat sementara dihentikan operasionalnya, pertimbangan lain dilokasi pasir banyak sindikat.


Setelah agak lama alat diparkir, tiba-tiba datang serombongan Pengusaha Pasir yang lain dari Kuningan ke Hotel tempatku menginap. Pak De memanggilku untuk diajak diskusi, tapi sejak awal aku ketemu sudah ada feeling kalau pengusaha tersebut kayaknya enggak jujur, besar banget omongnya. Aku sudah melarang Pak De untuk tidak kerjasama dengan pengusaha tersebut. Namun demikian Pak de tetap nekat untuk mencoba menjalin kerjasama. Penggalian di lokasi yang berbeda pun dilakukan. Betul juga, si pengusaha tersebut belum-belum sudah menjual nama Pak De yang sudah dipercaya dari distributor alat berat untuk membeli secara kredit alat berat mendampingi alatnya Pak De. Baru beberapa bulan alat beat yang baru diambil tidak dibayar, dan ditarik kembali oleh sang distributor. Pak De sendiri juga tidak dibayar, sementara alat mau diambil tidak diizinkan malah dihalang-halangi oleh preman. Tak habis akal, akhirnya Pak De minta tolong ke Polisi setempat untuk mengambil alat dan akhirnya beres. Duh...gimana ya orang2 tersebut mencari makan kok harus menyengsarakan orang lain.

Tidak ada komentar: